serpihan hati
PINTU HATI
Di sisi ruas jalan trotoar arah metromini T47 dekat perempatan Senen tinggal seorang kakek tua hanya beralaskan tikar dan di sekelilingnya ada barang-barang kebutuhannya, disana ada sebuah tas, beberapa botol minuman mineral ukuran 1,5 liter, sarung dan bantal. Menurut penduduk setempat beliau masih memiliki keluarga yang masih satu daerah. Sesungguhnya, keluarganya telah berulang kali mengajaknya pulang karena khawatir akan keadaannya yang telah mulai pikun, namun ia menolak walupun pernah berhasil tapi ia kembali lagi ke tempat sebelumnya. Sehingga keluarganya telah melepaskannya, tidak mau mempedulikannya lagi.
Entah apa maksud dan motivasi kakek tua itu lebih memilih kehidupan jalanan ketimbang hidup nyaman di rumah. Melihat sosoknya yang sudah tua, sepertinya memang wajar jika ia mulai pikun, namun ada satu hal yang istimewa yaitu ketika adzan Maghrib telah tiba, entah kapan dan dimana beliau mengambil air wudhu, ia tengah bersiap menunaikan shalat Magrib. Meski penulis tidak tahu pasti apakah kiblatnya itu benar atau sempurna melaksanakan shalatnya, setidaknya ada satu hal yang bisa dijadikan renungan betapa Allah Maha Kuasa untuk tidak melupakannya, tidak mengambil ingatannya akan kewajiban shalat, meski shalatnya duduk terlihat khusyu’ dan benar-benar suatu hal yang menyejukkan jiwa dan menggetarkan hati.
Mungkin, ketika masa mudanya beliau adalah seorang yang taat menjaga ALLAH di kala senangnya sehingga ALLAH mengingatnya di kala susah dan memeliharanya di masa tuanya. Rasul saw bersabda,
“Kenalilah Allah saat kamu senang , niscaya Dia akan mengenalimu saat kamu sedang susah”
(HR.Ahmad, Tirmidzi, Hakim dan Baihaqi). Masih terkait dengan hal ini ada sebuah hadist shahih cukup panjang, yakni :
“Hai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa pesan berikut:peliharalah ALLAH, niscaya Dia akan memeliharamu, peliharalah ALLAH niscaya engkau akan menjumpainya di hadapanmu; kenalilah ALLAH saat senang, niscaya Dia akan mengenalimu saat kamu susah; apabila kamu meminta, mintalah kepada ALLAH ; dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah kepada ALLAH. Ketahuilah, bahwa seandainya suatu umat sepakat untuk memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak dapat memberikan manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditaqdirkan ALLAH atas dirimu. Seandainya mereka sepakat untuk menimpakan bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak dapat menimpakan bahaya kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditaqdirkan ALLAH atas dirimu. Qalam telah diangkat dan lembaran telah kering” (HR. Tirmidzi)
JIWA. Yah, Jiwa sebagai pintu hati kita terkadang berada di titik terkerasnya sehingga tak mampu merasakan harmonisasi kehidupan yang melembut di tengah kerasnya kosakata ibukota. Sadarkah kita bahwa terkadang atau sering mungkin diri sangat membutuhkan sentuhan harmoni itu agar jiwa tak menjadi gersang lantas mati tanpa makna.
Teringat pada sosok besar nan mulia Abu Bakar Ash-Shidiq, sosok manusia teladan setelah Rasul ALLAH Muhammad SAW yang mengutamakan kelembutan dalam setiap lini kehidupannya. Abu Bakar dengan segala keutamaannya yang niscaya jika dihitung amalnya menjadikan amalan manusia-manusia lainnya tidak mampu menyamainya. Dialah, sahabat Rasul yang paling lembut jiwanya.
Wahai jiwa, ketahuilah...
Kecenderungan asa fitrahmu menghendaki adanya desah nafas kebajikan dalam diri setiap saat.
Namun, engkau sering terlena akan muaramu.. Kembalilah, dan jangan biarkan engkau tunduk menapaki jalan yang dibentangkan pelumat fitrah kebaikan jika kau tak mau melayu hingga akhirnya mati berkalang kehinaan..
Wahai diri, ingatlah ...
Detik ini, hari ini engkau mampu bernapas..masih bebas beraktifitas..masih dituntut untuk melakukan dan memutuskan berbagai pilihan...Itu semua tak lain hanya karena engkau masih diberi sekali lagi kesempatan untuk melakukan kebaikan dan perbaikan..
Wahai diri, apakah engkau yakin masih dapat mengikuti hingga selesai perkuliahan hari ini ? Apakah engkau yakin masih mampu melihat dan berpamitan dengan ibumu, ayahmu, kakakmu, adikmu atau bahkan teman spesialmu sore ini? Engkau yakin seluruh amalan kebaikan yang telah engkau kerjakan diterima oleh ALLAH Tabarakka wa Ta’ala ? Engkau yakin akan diizinkan masuk syurga-NYA kelak?
Ketahuilah... sungguh semua itu hanya bisa terjadi atas rahmat-NYA bukan karena amalan semata..
Sekarang, apakah mungkin kita akan disayangi oleh orang yang kita sukai/cintai jika kita tidak membuktikan rasa sayang & cinta itu? Mungkinkah kita akan memperoleh apa yang kita inginkan dari seseorang jika kita tidak melakukan apa-apa untuknya ? Jika jawabnya TIDAK, maka bagaimana dengan ALLAH ? Yang memiliki dan menguasai segalanya –lebih segalanya dari manusia, yang hanya berpredikat sebagai makhluk ciptaanNYA belaka- ?
Fabiayyi aalaaa irabbikumaa tukaddzibaan ... Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?
(AR-RAHMAN : 13)
Wallahu a’lam.
Ku hanya mencoba menuangkan apa yang ada di dalam cangkir pikir dan teko hati ini ...
Layaknya air yang tercurah dari bejana mencoba memenuhi ruang gelas kosong tak terisi
Tiada maksud untuk menjadikannya maha karya yang diselimuti kefanaan
Selain menjadikannya sebagai pemenuh ’illiyin diri
Meraih rahmatMu kelak di titik nadir ...
Insya ALLAH.
senyumku palsu.tawaku bohong.
Fatamorganalah semua
Qarin,
Aku tak tahu apakah setiap amalku diterimaNya
Aku tak tahu terjaminkah diriku dari siksa di akhir kelak
Aku pun tak tahu hendak ke mana diri ini melangkah
Surga ?
Neraka ?
Lalu..
Untuk apa yakini segala sesuatu yang semu
Untuk apa berambisi untuk menguasainya
Kan menolongkah semua itu
Jika ikuti kehendak selainNya
Wahai diri, Sadarilah ...
Tiada yang tahu di bumi Allah mana kau kan mati
Tiada yang tahu kapan ajalmu
Tiada yang tahu amalan apa yang tengah kau kerjakan
Malaikatkah syetankah yang menemanimu
Di deru nafasmu yang terakhir
Akhir keindahan sejati teraih
Dengan kehendakNya
Saat-saat...
Detik-detik...
Denyut kehidupan terisi nafas langkah kemuliaan
Bukti sejati fitrah diri
Rabbi,kami mohon...
peliharalah diri kami dari siksa neraka yang bahan bakarnya
api dan manusia
Di sisi ruas jalan trotoar arah metromini T47 dekat perempatan Senen tinggal seorang kakek tua hanya beralaskan tikar dan di sekelilingnya ada barang-barang kebutuhannya, disana ada sebuah tas, beberapa botol minuman mineral ukuran 1,5 liter, sarung dan bantal. Menurut penduduk setempat beliau masih memiliki keluarga yang masih satu daerah. Sesungguhnya, keluarganya telah berulang kali mengajaknya pulang karena khawatir akan keadaannya yang telah mulai pikun, namun ia menolak walupun pernah berhasil tapi ia kembali lagi ke tempat sebelumnya. Sehingga keluarganya telah melepaskannya, tidak mau mempedulikannya lagi.
Entah apa maksud dan motivasi kakek tua itu lebih memilih kehidupan jalanan ketimbang hidup nyaman di rumah. Melihat sosoknya yang sudah tua, sepertinya memang wajar jika ia mulai pikun, namun ada satu hal yang istimewa yaitu ketika adzan Maghrib telah tiba, entah kapan dan dimana beliau mengambil air wudhu, ia tengah bersiap menunaikan shalat Magrib. Meski penulis tidak tahu pasti apakah kiblatnya itu benar atau sempurna melaksanakan shalatnya, setidaknya ada satu hal yang bisa dijadikan renungan betapa Allah Maha Kuasa untuk tidak melupakannya, tidak mengambil ingatannya akan kewajiban shalat, meski shalatnya duduk terlihat khusyu’ dan benar-benar suatu hal yang menyejukkan jiwa dan menggetarkan hati.
Mungkin, ketika masa mudanya beliau adalah seorang yang taat menjaga ALLAH di kala senangnya sehingga ALLAH mengingatnya di kala susah dan memeliharanya di masa tuanya. Rasul saw bersabda,
“Kenalilah Allah saat kamu senang , niscaya Dia akan mengenalimu saat kamu sedang susah”
(HR.Ahmad, Tirmidzi, Hakim dan Baihaqi). Masih terkait dengan hal ini ada sebuah hadist shahih cukup panjang, yakni :
“Hai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa pesan berikut:peliharalah ALLAH, niscaya Dia akan memeliharamu, peliharalah ALLAH niscaya engkau akan menjumpainya di hadapanmu; kenalilah ALLAH saat senang, niscaya Dia akan mengenalimu saat kamu susah; apabila kamu meminta, mintalah kepada ALLAH ; dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah kepada ALLAH. Ketahuilah, bahwa seandainya suatu umat sepakat untuk memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak dapat memberikan manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditaqdirkan ALLAH atas dirimu. Seandainya mereka sepakat untuk menimpakan bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak dapat menimpakan bahaya kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditaqdirkan ALLAH atas dirimu. Qalam telah diangkat dan lembaran telah kering” (HR. Tirmidzi)
JIWA. Yah, Jiwa sebagai pintu hati kita terkadang berada di titik terkerasnya sehingga tak mampu merasakan harmonisasi kehidupan yang melembut di tengah kerasnya kosakata ibukota. Sadarkah kita bahwa terkadang atau sering mungkin diri sangat membutuhkan sentuhan harmoni itu agar jiwa tak menjadi gersang lantas mati tanpa makna.
Teringat pada sosok besar nan mulia Abu Bakar Ash-Shidiq, sosok manusia teladan setelah Rasul ALLAH Muhammad SAW yang mengutamakan kelembutan dalam setiap lini kehidupannya. Abu Bakar dengan segala keutamaannya yang niscaya jika dihitung amalnya menjadikan amalan manusia-manusia lainnya tidak mampu menyamainya. Dialah, sahabat Rasul yang paling lembut jiwanya.
Wahai jiwa, ketahuilah...
Kecenderungan asa fitrahmu menghendaki adanya desah nafas kebajikan dalam diri setiap saat.
Namun, engkau sering terlena akan muaramu.. Kembalilah, dan jangan biarkan engkau tunduk menapaki jalan yang dibentangkan pelumat fitrah kebaikan jika kau tak mau melayu hingga akhirnya mati berkalang kehinaan..
Wahai diri, ingatlah ...
Detik ini, hari ini engkau mampu bernapas..masih bebas beraktifitas..masih dituntut untuk melakukan dan memutuskan berbagai pilihan...Itu semua tak lain hanya karena engkau masih diberi sekali lagi kesempatan untuk melakukan kebaikan dan perbaikan..
Wahai diri, apakah engkau yakin masih dapat mengikuti hingga selesai perkuliahan hari ini ? Apakah engkau yakin masih mampu melihat dan berpamitan dengan ibumu, ayahmu, kakakmu, adikmu atau bahkan teman spesialmu sore ini? Engkau yakin seluruh amalan kebaikan yang telah engkau kerjakan diterima oleh ALLAH Tabarakka wa Ta’ala ? Engkau yakin akan diizinkan masuk syurga-NYA kelak?
Ketahuilah... sungguh semua itu hanya bisa terjadi atas rahmat-NYA bukan karena amalan semata..
Sekarang, apakah mungkin kita akan disayangi oleh orang yang kita sukai/cintai jika kita tidak membuktikan rasa sayang & cinta itu? Mungkinkah kita akan memperoleh apa yang kita inginkan dari seseorang jika kita tidak melakukan apa-apa untuknya ? Jika jawabnya TIDAK, maka bagaimana dengan ALLAH ? Yang memiliki dan menguasai segalanya –lebih segalanya dari manusia, yang hanya berpredikat sebagai makhluk ciptaanNYA belaka- ?
Fabiayyi aalaaa irabbikumaa tukaddzibaan ... Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?
(AR-RAHMAN : 13)
Wallahu a’lam.
Ku hanya mencoba menuangkan apa yang ada di dalam cangkir pikir dan teko hati ini ...
Layaknya air yang tercurah dari bejana mencoba memenuhi ruang gelas kosong tak terisi
Tiada maksud untuk menjadikannya maha karya yang diselimuti kefanaan
Selain menjadikannya sebagai pemenuh ’illiyin diri
Meraih rahmatMu kelak di titik nadir ...
Insya ALLAH.
senyumku palsu.tawaku bohong.
Fatamorganalah semua
Qarin,
Aku tak tahu apakah setiap amalku diterimaNya
Aku tak tahu terjaminkah diriku dari siksa di akhir kelak
Aku pun tak tahu hendak ke mana diri ini melangkah
Surga ?
Neraka ?
Lalu..
Untuk apa yakini segala sesuatu yang semu
Untuk apa berambisi untuk menguasainya
Kan menolongkah semua itu
Jika ikuti kehendak selainNya
Wahai diri, Sadarilah ...
Tiada yang tahu di bumi Allah mana kau kan mati
Tiada yang tahu kapan ajalmu
Tiada yang tahu amalan apa yang tengah kau kerjakan
Malaikatkah syetankah yang menemanimu
Di deru nafasmu yang terakhir
Akhir keindahan sejati teraih
Dengan kehendakNya
Saat-saat...
Detik-detik...
Denyut kehidupan terisi nafas langkah kemuliaan
Bukti sejati fitrah diri
Rabbi,kami mohon...
peliharalah diri kami dari siksa neraka yang bahan bakarnya
api dan manusia
Komentar
Posting Komentar