SIAP BELAJAR, MENDEKATKAN PRESTASI

Depan kompi,

January 14, 2011

Tak terasa tahun ajaran baru di sekolah akan kembali digelar lagi. Para orang tua (bagi yang masih memiliki anak usia sekolah) mulai membidik sekolah yang sesuai selera dan kebutuhan. Begitu pun halnya dengan para guru di sekolah swasta mulai sibuk mempersiapkan aktivitas persiapan penerimaan peserta didik baru di sekolah masing-masing.

Kali ini, kita tidak akan membahas tentang aktifitas para guru dan orang tua tersebut, namun akan coba dibahas sebagai bahan diskusi kita nanti yakni mengenai keutamaan mempersiapkan anak yang baru masuk sekolah atau pun melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya agar siap dan sadar untuk belajar (keberjagaan pembelajar) di sekolah atau pun di luar sekolah.

Siap belajar, mendekatkan prestasi. Merupakan suatu keniscayaan bagi siapa pun (baca:peserta didik) yang ingin berhasil, sukses atau memperoleh nilai baik/memuaskan dalam kegiatan pembelajaran maka sudah selayaknya keberjagaan pembelajar melekat pada setiap pembelajar. Lalu, Bagaimana menghadirkan keberjagaan pembelajar dalam individu? Terutama bagi anak yang memang masih dalam tahap tumbuh kembang baik secara fisik maupun non fisik (psikis, emosi, sikap). Keberjagaan Pembelajar kebanyakan tidak dapat diraih dalam waktu 1 hari atau 1 pekan saja oleh para pembelajar pemula (tingkat PAUD-SD). Butuh waktu yang cukup relatif lebih lama (lebih dari 1 bulan) bagi pebelajar (orang tua dan guru) untuk mengkondisikan pembelajar agar siap belajar, sebeum pembelajar masuk sekolah. Keberjagaan ini akan lebih memudahkan para pebelajar di sekolah untuk mengelola proses pembelajaran dan menyamankan pembelajar dalam proses pembelajaran serta mendekatkan pebelajar pada prestasi pembelajaran yang lebih berpengaruh (baik pada sisi afektif, konatif atau pun kognitif).

Mendekatkan anak pada lingkungan yang lebih banyak sisi edukasinya dalah salah satu cara dalam menumbuhkan keberjagaan pembelajar sejak dini. Mengajak anak bermain permainan (online atau manual) yang memiliki sisi edukasi, mengunjungi wisata edukasi, perpustakaan atau menggiatkan anak untuk bertanya jawab akan sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Melalui hal ini diharapkan rasa keingintahuan (curiosity) dan cinta ilmu pengetahuan dapat mulai tumbuh.

Mengenalkan kegiatan yang diperlukan sikap tanggung jawab untuk penyelesaiannya sesuai porsi anak. Misalnya, untuk anak usia SD, dapat dikenalkan kegiatan mengelap kaca, membuang sampah rumah ke tempat sampah RT, mengelap meja, merapikan permainan/barang pribadi, merapikan tempat tidur, dan sebagainya. Ketika mereka sudah kenal maka dapat segera dilanjutkan dengan menjadikannya sebagai pembiasaan. Disarankan bobot tanggung jawabnya ditambah sesuai usia dan porsinya.

Sejak usia SD sikap kemandirian sudah mulai ditumbuhkan. Sebab hal ini cukup membantu anak dalam mengembangkan keberjagaan pembelajar dalam proses pembelajaran di sekolah. Hampir semua siswa yang memiliki prestasi baik atau paling tidak konsisten dalam penyelesaian tugas aademik di sekolah adalah mereka yang memang sudah terbiasa dengan tanggung jawab dan kemandirian.

Ingat, proses pembuatan cangkir keramik kan ? Nah, ada baiknya kita ambil filosofi itu sebagi penguat hati kita dalam menerapkan kemandirian pada buah hati kita. Bahwa cangkir keramik itu tidak dihasikan hanya dengan dicat saja akan tetapi perlu ada proses tidak nyaman dan tidak enaknya. Suatu keramik jika ingin mencapai hasil yang sempurna maka harus dioven pada suhu 6000-7000 derajat celcius setelah sebelumnya dibentuk dan diolah sedemikian rupa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PULANG

Prototipe Guru Indonesia Abad 21

Bekal Nikah eps. 3