Kesan Syawal
Bismillah.. Sudah di malam hari ke 26 ramadhan 1434 H aja ya... hmmph...
Kayaknya baru kemarin Ramadhan dimulai.. Cepat banget!
Well, sudah lama juga ngga nulis di sini hehe... baru mood lagi nih.. kalo sekedar niat si sering ada, tapi pas sudah dibuka new Entri di dashboard, eh.. si mood hilang tetibaan... Alhasil, malay bangau dah lanjut nulis... secara gitu, kalo dipaksa malah buntu .. kata-kata langsung menghilang entah kemana (huhu..hiks..)
Sebelum hari ini niat nulis tu kayak burung-burung di cartoon gitu, muter-muter di kepala dan hati hehe.. Ada yang mau bicara tentang pernikahan, keluarga, hikmah, agama, sosial, anak atau pun pendidikan.. tapi ya itu kalo moodnya menjauh, tulisan pun mengalah.. (kyaaa..)
Sesiangan jelang ashar tadi kepikiran dan berniat mau posting tulisan tentang kesan Syawal (sst, ini nama bulan ya..mutlak tak merujuk pada person hehe.. sebab pas SMA ada teman yang namanya itu dan sekarang masih asyik honey moon kayaknya hahaha, padahal udah lewat setahun pernikahannya..mabrook yaa bung Syawal beserta Istri :D)
Yup! Berbicara Syawal..sepertinya baru 1-2x aja senang menyambut kehadiran Syawal ini .. sisanya males, bete, sedih hehe... ga percaya? Sama. Awalnya juga ga percaya tapi mau gimana hampir setiap tahun merasakan hehe... Tapi kalo ditanya, kalo perasaan senang itu pas Syawal karena apa, ya mantap kujawab "Yah, maaf..tidak ingat :)"
Lalu kenapa sedih? Well, kayaknya ini efek dari kepribadian. Tapi sebelum bahas lebih lanjut tentang alasannya, ada satu hal berkesan dan akhirnya kalo ingat itu jadi merasa lucu sendiri kalo ingat kejadiannya.
Gini ceritanya...(kesannya panjang beut dah, padahal si cuma secuil kisah..jiaahh)
Seperti biasa jelang lebaran berbenah kan jadi tugas andalan bersama yak, nah saat itu sore ba'da ashar sebelum maghrib itu sesinya aku menyapu ruangan dalam rumah, sebenarnya malas si saat itu masi berat mau ninggalin kasur muhasabahku (tsaahh..), tapi apa daya saat itu ibu sudah berkoar-koar memanggil diri ini yang sedang asyik meratapi dan bermuhasabah akan ramadhan yang akan segera berlalu.. Panggilan ibu terasa seperti sirene ambulance yang meraung-raung demi menyelamatkan sang pasien (ceilahh..) sehingga harus segera disambut depan pintu UGD *lho
Segeralah kuhampiri Ibu (Allahu yarham) dan beliau langsung menyodorkan sapu ke arahku.."Oh no!", jeritku dalam hati..secara biasa kerja malam tetiba harus selesaikan sebelum maghrib..pfuffth.. "Baiklah", dengan lunglai kuayunkan sapu ke depan dan ke depan dari ruang pertama lalu ke lainnya kelak (dramatisir euy..) dan tetiba saat masih di ruangan yang pertama kudengar suara bedug bertalu-talu sambil pekik takbir bersahutan..Jleb! Aku langsung terpaku dan terdiam sejenak, dan tanpa sadar sapu itu terlepas dari tanganku..Lemes tetibaan. ngga bermaksud hiperbolis or lebay si, well begitulah kenyataannya. Dan tak terasa mata ini sudah mengalirkan tetes mata, aku pun terperanjat, "Lho! kok bisa jadi melow begini?", ujarku dalam hati. Ah, kalo aku tak segera kuatkan dan sadarkan diri mungkin akan terisak-isak dan itu bukan pemandangan yang lazim di rumahku.. Lalu aku tetap profesional lanjutkan tugasku menyapu hingga tuntas (wakaka..)
Ya, begitulah salah satu contoh bentuk kesedihan melepas Ramadhan, kalo lainnya aku yang memang dasarnya pendiam, jadi makin diam dan atau makin cuek dengan sekitar.. (parah ya, ckckck)
ya itu dulu, sebelum tahun ini hehehehe....
Ok. Sekarang aku cerita alasannya ya..
Alasan apa ya? Oh itu, alasan kenapa aku sedih kalo datang Syawal.. Padahal kan Syawal adalah hari raya, hari kemenangan yang dimana semua umat Islam di dunia bergembira ria diiringi syukur penuh ridha akan kehadiran hari Ied Fitri ini.
Oh itu, ok. Aku simak ... *lha
Diri ini juga mempertanyakannya beberapa tahun.. hingga akhirnya agak dapat sedikit pencerahan di tahun ini.. Lumayanlah, mengurangi kebingunganku selama ini. Iya selama ini, hanya aku satu-satunya di keluargaku yang ngga pernah semangat menyambut Ied Fitri, kecuali 1-2x itu. Dan akhirnya makin tak nyaman kalo tak mau dibilang 'tersiksa' pas hari Raya itu tiba.
Super tak nyaman, tak bahagia itu sepertinya karena aku harus bertemu dengan banyak orang (secara aku keluarga besar dan orang tuaku adalah salah satu tokoh sepuh di lingkungan dan keluargaku). Alhasil, banyak orang pula yang harus kutemui..well, aku sadar ini seperti sikap orang yang anti sosial. Oh no!
Aku ingin berontak pada diri, namun apa daya, jiwa introvert telah menguasaiku. Sementara sanguinis-ku tak dominan... ya coba manipulasi namun hanya sementara efeknya... hiks!
Aku sering bayangkan, waduh gimana ini... Tak adakah tempat untuk jiwa seperti yang kumiliki. Sebab memang yang kubaca dari literatur umumnya adalah orang introvert harus memaksakan dirinya terbiasa dengan lingkungan ekstrovert dan akhirnya harus membiasakan dengan ekstrovert, kalau sebaliknya itu pelanggaran sosial sepertinya. huaaa...huaaa :'((
Gimana nanti kalo punya suami yang ekstrovert? atau tingkat pergaulannya tinggi..ya macam publik figur, tokoh atau pejabat teras gitu (wkwkwk), ya insya Allah aku masih bisa menyesuaikan hanya itu akan melelahkan.. entah kenapa, kalo bertemu dan bercakap banyak orang seperti itu mereka seakan menyerap saripati energiku...
Tapi memang si kalo kupikir-pikir aku butuh suami yang memang supel gitu, untuk mengimbangi kepribadianku yang macam ini hehehe... Apalagi kalo mengingat tugas peradaban (cieee...), yang sebenarnya kepribadianku yang semacam ini seakan penghalang kebaikan (huhuhhu....hikshiks!)
Well, hari Raya 1434 H tinggal menghitung hari, ini pun masih tak semangat, tak bahagia.. hiks,hiks..
Sudah dulu ya, mungkin ini akhir cerita yang masih terasa ketidaktuntasannya ya.. endingnya masih menggantung tu di pohon toge hehehe...
Tentang secuil perkara kepribadianku, masa depanku japri aja lah ya ke pihak yang berwenang dan sah agar valid nan berkah (lho?!heuheuheu..apaan dah) :D :p
Mohon Maaf lahir batin ya, :)
Komentar
Posting Komentar