Percikan Hikmah

Kisah ini terjadi 11 Juni 2013 lalu, saat aku menemani kakak pertamaku menjalani fisioterapi di sebuah rumah sakit swasta.

Pagi di lobi ruangan itu, saat ku menunggu selesainya proses terapi itu terlihat berjalan menghampiri arah kursi panjang yang kududuki ada sepasang suami istri yang sudah cukup berumur datang menghampiri duduk di sampingku. Sang istri langsung merapikan bawaannya dan bersiap duduk dengan nyaman sambil mengatur napas, sementara sang suami segera melangkah ke ruangan toilet. Tersenyum kulihat wajah lelah wanita paruh baya itu, dan ia pun balas tersenyum khas keibuan.

Dan dalam waktu satu jam berikutnya terjadilah dialog kerinduan itu ...

Ya, dialog kerinduan orang tua akan kehadiran anak yang setia melayani dan merawatnya ketika mereka telah mulai melemah karena sakit dan faktor udzur lainnya..

Dalam kisah ini, yang sakit adalah sang suami paruh baya itu.. Ia harus menjalani fisio terapi selama beberapa tahun akibat urat saraf pinggangnya terjepit sebagai efek dari kecelakaan tunggal yang dialaminya beberapa tahun lalu ketika sudah masa pensiun. Lelaki tua ini memang pensiunan PLN dan menjadi rujukan asuransi untuk RS yang bisa memfasilitasi proses penyembuhannya hanyalah RS yang ada di wilayah Bekasi itu, sementara mereka berdomisili di Cibubur.. dan parahnya, mereka harus bolak balik menempuh perjalanan selama 3 jam untuk sekali keberangkatan dari rumah mereka menuju RS itu. Sudah 2 tahun mereka melakoni itu dengan tabah. Yaa Rabb... 

Mereka memiliki 5 orang anak dan sudah berkeluarga seluruhnya, cerita si istri paruh baya itu padaku. Anak-anaknya tinggal menyebar, ada yang di Makassar, Jakarta, Bekasi dan bolak-balik Jakarta-Bandung. Semuanya adalah pekerja, itu sebabnya tak ada satu pun anak mereka yang bisa menemani jadwal fisioterapi ayah mereka di RS itu, karena hampir setiap hari di jam kerja efektif.

Ibu itu pun juga bercerita akan kesabarannya yang harus ekstra menghadapi penyakit suaminya itu. Kusimak dan kutanggapi pada akhirnya sebagai penguatan dan penghiburan untuknya. Senyum terulas menghiasi kedua sudut bibir ibu yang tabah itu. Pun begitu ketika akhirnya si Bapak mengobrol dan berpindah ke samping kiriku, sementara si Ibu tetap di posisinya, sebelah kananku. Senyum mengembang di setiap sudut wajahnya. Yaa Rabb, terasa sekali mereka rindu kehadiran anak-anak mereka di usianya yang senja itu.

Tak terasa 1 jam terlewati sudah, sementara proses fisioterapi kakakku sudah selesai, ku segera persiapkan diri untuk pamit seraya salam takzim bersalaman dengan mereka, terlihat sedikit ekspresi terkejut mereka. apakah karena salam tanganku itu atau karena akhirnya aku harus meninggalkan mereka ? Tak tahulah..

Aku hanya bisa mendo'akan mereka dan semoga pertemuan singkat dan kisah ini dapat membawa manfaat untuk aku, kalian dan mereka ...

Meski apa yang mereka obrolkan itu adalah obrolan umum dan sudah sering kudengar kisah dari para orang tua seperti itu namun tetap ada nuansa baru bila diceritakan dari para orang tua yang baru kutemui ...

Yaa Rabb .. limpahkanlah kemudahan hidup, kesejahteraan lahir dan batin serta kebahagiaan di dunia maupun akhirat kelak untuk seluruh para orang tua yang ada di semesta ini, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada
Dan bagi yang telah tiada moga dilimpahkan kelapangan kubur dan kenikmatan di alam kubur serta diterima segala amal ibadah dan amal baiknya..
Aamiin yaa Rabbal 'alamiin
Laa hawla wa laa quwwata illah billahil 'aliyyul adzim

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PULANG

Prototipe Guru Indonesia Abad 21

Bekal Nikah eps. 3