Secarik Kisah
Di sebuah kamar. Seorang pria berusia sekitar 40 tahunan menghampiri seorang wanita yang tak lain adalah istrinya sendiri berusia sekitar 30 tahunan tengah hamil 8 bulan dan terbaring lemah karena sakit yang dideritanya.
"Bu, bu.. Nih ada obat untuk Ibu. Diminum ya", ujar pria itu kepada sang istri seraya mengusap pundak istrinya lalu menyerahkan sebungkus plastik.
"Obat apa nih, Pak?", tanya istrinya penuh rasa ingin tahu sambil membuka bungkusan.
"Sudah minum aja, itu daun Mindi. Tadi di kantor ada teman yang memberitahu agar diobati dengan meminum rebusan daun ini secara rutin. Diminum ya, agar lekas sembuh.. kasihan anak yang di perutmu itu", jawab suaminya penuh harap dan kecemasan sekaligus.
"Ooh.. gitu. Iya deh.. besok dicoba minum. sekarang sudah malam", ujar istrinya.
Keesokan harinya, sang Istri pun mulai merebus daun-daun Mindi yang berwarna keunguan itu dan segera meminumnya tatkala air rebusan sudah matang. Begitu setiap hari wanita itu meminumnya semata termotivasi untuk kesembuhan dirinya dan keselamatan sang bayi yang masih ada dalam perutnya itu. Namun sejak diminumnya air rebusan daun itu, tubuh sang Ibu pun bereaksi. Sering mual dan akhirnya muntah atas makanan yang masuk ke tubuhnya, sehingga tubunya pun kian kurus dari yang sebelumnya berisi, Tak terasa memasuki usia kehamilan anak ketujuh ini pada bulan 9, menghitung hari jelang persalinan tampak tubuh wanita itu kian melemah dan mulai agak membiru kulitnya,hingga makin terlihat biru di bagian bibir pada saat hari persalinannya.
Tibalah hari yang dinanti dimana mulas perut khas wanita bersalin mulai terasa, lalu suami itu pun segera membawa istrinya ke rumah bersalin dekat rumahnya. Sesampai di sana, dokter yang menanganinya pun kaget melihat kondisi istrinya yang sudah sangat lemah dan membiru itu. Tapi pasangan suami istri itu kompak tak menjawab yang sebenarnya pertanyaan dokter karna tidak mau mendengar omelan para dokter disana. Sang suami hanya terdiam menggeleng dan si Istri berupaya menjawab sekenanya.
Melihat kondisi yang makin kritis.. sementara ada dua nyawa yang harus dijaga dan diselamatkan, sang Ibu dan bayinya. Maka dokter pun sempat mengkondisikan agar siap dengan segala pilihanNya, bilamana harus ada yang dikorbankan. Rupanya sang Ibu pun menyadari hal ini, hingga ia pun sempat berwasiat kepada suaminya bilamana kemungkinan itu terjadi. Sebab bagi siapapun yang menyaksikan kondisi keduanya, termasuk para dokter akan menyatakan mustahil bisa selamat kedua-duanya.. atau bila pun hidup tentu hanya salah satunya. Banyak yang berpikir bahwa sang bayi lah yang akan terkorbankan karena efek keracunan daun Mindi itu.
Kemudian masuklah Ibu hamil itu ke ruang persalinan. Setelah menunggu hampir seharian, maka Ibu itu pun melahirkan dengan cara normal. Sang Ibu melihat waktu kelahiran anak bungsunya (berdasarkan jam dinding ruang bersalin) adalah 9 Rabiul Awal, Senin, jam 00.05 WIB, namun para dokter dan suster menyatakan 8 Rabiul Awwal, Ahad, 23.55 WIB. Bayi yang terlahir pun sangat kecil hanya berberat sekitar 2,5 kg dan tubuhnya pun masih membiru terkena efek racun sang Ibu.
Dan tak hanya di situ efek Daun Mindi tadi, ternyata sampai 7-8 bulan pasca melahirkan keduanya baru bisa hidup berdampingan layaknya Ibu dan anak. Hal ini dikarenakan sang Ibu masih dalam kondisi sakitnya, sehingga bayi itu pun tak mendapatkan ASI sebagaimana lazimnya dan Ibunya tak kuat menggendongnya. Dalam rentang selama itu, sang bayi pun dirawat dan diasuh oleh adik perempuan sang Ibu. Akhirnya, setelah beberapa waktu terlewati warna biru akibat keracunan pada Ibu dan anak itu pun berangsur-angsur menghilang hingga warna kulit normal seperti pada umumnya.
Hampir semua orang yang mengetahui dan menyaksikan bagaimana Ibu dan anak ini melewati masa kritisnya menyatakan tak percaya bila mereka bisa bertahan hingga kini.. Inilah bentuk nyata kebesaran kuasaNya. Laa hawla wa laa quwwata Illah billah..
------------------------
--------------
-----
Komentar
Posting Komentar