Prototipe Guru Indonesia Abad 21
Jika Finlandia berhasil mencerdaskan bangsanya karena keberhasilannya dalam mencetak pendidik (baca:guru) di sekolah maka selayaknya kita belajar darinya..
Ya, bagaimana pun teori teko itu selalu benar adanya; jika teko itu diisi dengan susu maka yang keluar dari teko itu pun susu pula dan sebaliknya jika yang diisi adalah kopi maka yang keluar ya kopi juga ga mungkin teh..
So, jika pendidikan di Indonesia ingin maju dan berkembang jauh lebih baik maka yang utama harus disiapkan adalah generasi pencetaknya bukan generasi penerusnya, jika yang terjadi sebaliknya maka wajarlah jika kita mengalami kemunduran beberapa tahun dari negara yang pernah jadi murid kita doeloe..
Yeah, sadar siy hal ini telah jadi pembahasan dari kapan tau..but perbaikan pendidikan di Indonesia ternyata belum bisa menjadi suatu pergerakan perubahan yang revolusioner. Pergerakannya masih begitu ............ (silakan isi sendiri).
But anyway ternyata ga cukup bila hanya guru yang diperbaiki dan disiapkan ternyata paradigma pola asuh/pola didik para orang tua juga harus dibenahi. Lihat Jepang, negara yang punya tanah sepetak gini aja berhasil mengubah paradigma orang-orang Jepang tentang pendidikan dalam rentang waktu 20 tahun. Bayangkan! how 'bout Indonesian? ?
By the way, back to our title and the picture.. Guru Indonesia memang selayaknya minimal berpenampilan seperti ini. Ini adalah harga yang tak bisa ditawar lagi! Mengingat semakin hari falsafah pendidikan bangsa ini semakin terkikis oleh fenomena budaya asing dan invasi pemikiran yang semakin weleh-weleh...
Kalau boleh saya tambahkan, sosok karikatur guru pada gambar di atas ditambahkan memakai sarung/baju koko (jadi tidak memakai kaos..hehe..) dengan filosofi bahwa guru itu pun harus menjadi distributor religius (generasi rabbani) sehingga jika setiap guru menyadari bahwa dirinya adalah figur teladan maka ia akan senantiasa ingat bahwa di mana pun ia berada ia adalah seorang hamba yang senantiasa 'diperhitungkan' tidak hanya di mata manusia tapi di sisi Rabb-Nya, dengan begitu dia akan senantiasa menjaga perilakunya.
Perkataannya adalah mutiara; bukan asal bicara melainkan ada kebaikan, kebijaksanaan dan pembelajaran di dalamnya, tingkah lakunya adalah dzikir; mengingatkan kita pada Allah dan RasulNya serta pikirannya adalah buku yang berjalan; sehingga dia menjadi tempat bertanya bagi yang tengah kebingungan dan menggenapkan hatinya untuk senantiasa mau belajar.
Sudah saatnya, para guru mengubah mindset-nya, bahwa ia adalah seorang guru (dozen) sekaligus pendidik tidak hanya di sekolah melainkan juga di luar sekolah/kampus. Anytime, anywhere you are teacher not just teacher in the school or college.
Karena tabiat siswa adalah meneladani-mengikuti apa yang dilakukan dan disampaikan pengajar-pendidiknya. Dalam beberapa kasus, jika anak tidak bisa menemukan prototipe ideal di rumahnya maka ia akan mencarinya di lingkungan keduanya, yakni sekolah. Jika di sekolah siapa yang pertama diperhatikannya?Pasti guru-gurunya. Jika tidak menemukannya di sini, maka ia akan mencarinya di lingkungan ketiganya- disini bisa teman, masyarakat atau dunia malam- Alhamdulillah, jika ia mau memilih yang baik namun jika ia tidak/belum bisa menyaringnya terlebih dahulu. what's going on ?
So, never late to changes..we have a natural power to make a change. ALLAH can't change a condition of people until they do something. Let's our self make changes! Yes, we can!
Bi idznillah...
--tanx to : blog someone (unknown) for the pic. so many ideas in here couldn't say cause so difficult for arrange its [to make some sentences]--
Komentar
Posting Komentar